Khutbah Jumat: Syarat Mendapatkan Syafaat
Khutbah Jumat: Syarat Mendapatkan Syafaat ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum’at, 13 Sya’ban 1445 H / 23 Februari 2024 M.
Khutbah Jumat Pertama: Syarat Mendapatkan Syafaat
يَا رَسُولَ اللهِ، مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ القِيَامَةِ؟
“Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling berbahagia mendapatkan syafaatmu nanti pada hari kiamat?”
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، خَالِصًا مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ
“Orang yang paling berbahagia mendapatkan syafaatku nanti pada hari kiamat, yaitu orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan penuh keikhlasan dari hatinya.” (HR. Bukhari)
Saudaraku, inilah syarat orang yang ingin mendapatkan syafaat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dengan penuh keikhlasan dari hatinya,” bukan karena mengharapkan dunia atau mengharapkan kesenangan kehidupan dunia ini.
Ucapan Laa Ilaaha Illallah, tentunya mempunyai konsekuensi yang agung, di mana Laa Ilaaha adalah merupakan nafi, yaitu meniadakan semua yang disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun Illallah menetapkan bahwa Allah satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi. Semua selain Allah batil, sedangkan yang benar untuk diibadahi hanyalah Allah Rabbul ‘Alamin. Maka, Laa Ilaaha Illallah mengharuskan kita untuk kafir kepada Thaghut. Allah berfirman,
…فَمَن يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ…
“Siapa yang kafir kepada Thaghut [Thaghut adalah كل ما يعبد من دون الله (semua yang diibadahi selain Allah)], dan ia beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang kepada tali yang sangat kuat.” (QS. Al-Baqarah[2]: 256)
Saudaraku, siapapun yang wafat di atas ini, ia berhak mendapatkan syafaat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam hadits yang lain Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
أَتَانِي آتٍ مِنْ عِنْدِ رَبِّي فَخَيَّرَنِي بَيْنَ أَنْ يُدْخِلَ نِصْفَ أُمَّتِي الْجَنَّةَ وَبَيْنَ الشَّفَاعَةِ فَاخْتَرْتُ الشَّفَاعَةَ وَهِيَ لِمَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا
“Ada yang mendatangiku dari Rabbku lalu memberiku pilihan antara setengah ummatku masuk surga atau syafaat, lalu aku memilih syafaat. Dan syafaatku itu bagi orang yang mati dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikitpun.” (HR. Tirmidzi)
Itulah saudaraku, betapa agung kalimat Laa Ilaaha Illallah, betapa agungnya tauhid. Oleh karena itu Allah mengutus seluruh Nabi dan Rasul untuk mendakwahkan kepada tauhid, agar manusia wafat di atas Laa Ilaaha Illallah, agar manusia masuk ke dalam surga. Karena sesungguhnya surga itu tidak halal bagi orang-orang yang berbuat syirik. Allah berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَٰلِكَ لِمَن يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Allah mengampuni dosa yang lebih rendah dari kesyirikan.” (QS. An-Nisa`[4]: 48)
Saudaraku, siapapun di antara kita yang ingin mendapatkan syafaat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka hendaklah ia merealisasikan ini, yaitu tauhid. Benar-benar ibadahnya hanya kepada Allah. Doanya, tawakalnya, demikian pula seluruh ibadah hati berupa niatnya, rasa takutnya, bencinya, cintanya, semuanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demikian pula ibadah lisan dan badannya, semuanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, dimana ia tidak sujud kecuali kepada Allah, dia tidak rukuk kecuali kepada Allah, dia hanya shalat karena Allah. Dia pun beribadah membaca Al-Qur’an, beramal ma’ruf nahi munkar, semuanya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala semata.
Maka siapa yang memalingkan ibadah-ibadah ini kepada selain Allah, sungguh ia telah berbuat kesyirikan. Maka Allah tidak ridha kepada orang-orang yang berbuat syirik. Allah tidak akan pernah mengampuni orang yang mati di atas kesyirikan.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni untuk dipersekutukan (artinya wafat di atas kesyirikan).” (QS. An-Nisa`[4]: 48)
Allah berfirman,
…إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ…
“Sesungguhnya, siapa yang mempersekutukan Allah, maka Allah haramkan ia surga, dan tempatnya dalam api neraka.” (QS. Al-Ma’idah[5]: 72)
Saudaraku, namun syafaat itu hanya milik Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak bisa memberikan syafaat kecuali setelah diberikan izin oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hadits syafaat yang masyhur, ketika kaum muslimin mendatangi Nabi Adam, kemudian Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, akhirnya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda:
أَنَا لَهَا
“Ia adalah untukku.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pergi di bawah ‘Arsy dan beliau pun terus sujud sambil memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, sampai Allah pun berfirman kepada Rasulullah,
ارْفَعْ رَأْسَكَ وَقُلْ يُسْمَعْ وَسَلْ تُعْطَهْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ
“Angkatlah kepalamu, silahkan berbicara kamu didengar, silahkan minta kamu diberi, dan silahkan memberikan syafaat.”
Barulah kemudian Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan syafaat untuk umatnya yang telah masuk ke dalam api neraka, agar dikeluarkan mereka dari api neraka, agar semua orang yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallah dan wafat di atasnya agar dia keluar dari api neraka.
Oleh karena itulah Allah Ta’ala berfirman,
… مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِندَهُ إِلَّا بِإِذْنِهِ…
“Siapakah yang bisa memberikan syafaat di sisi Allah kecuali dengan izin Allah?” (QS. Al-Baqarah[2]: 255)
Allah juga berfirman,
وَلَا تَنفَعُ الشَّفَاعَةُ عِندَهُ إِلَّا لِمَنْ أَذِنَ لَهُ…
“Dan syafaat tidak bermanfaat kecuali bagi orang yang Allah izinkan.” (QS. Saba’[34]: 23)
Allah juga berfirman,
وَكَم مِّن مَّلَكٍ فِي السَّمَاوَاتِ لَا تُغْنِي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا إِلَّا مِن بَعْدِ أَن يَأْذَنَ اللَّهُ لِمَن يَشَاءُ وَيَرْضَىٰ
“Berapa banyak para malaikat di langit, syafaat mereka tidak bermanfaat sama sekali, kecuali setelah Allah berikan izin bagi orang yang dikehendaki dan diridhai.” (QS. An-Najm[53]: 26)
Maka kewajiban kita minta syafaat hanyalah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Khutbah Jumat Kedua: Syarat Mendapatkan Syafaat
Saudaraku, di sana di sana ada amal setelah tauhid, agar kita mendapatkan syafaat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Yaitu memohonkan washilah untuk Rasulullah. Ia adalah kedudukan yang agung di surga Allah. Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
من سأل لي الوسيلة؛ حلت له شفاعتي يوم القيامة
“Siapa yang memohonkan washilah untukku, halal untuknya syafaatku nanti pada hari kiamat.”
Maka setelah adzan kita ucapkan, اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ sampai akhirnya. Maka dengan cara seperti itu, saudaraku, InsyaAllah kita mendapatkan syafaat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Di antaranya juga saudaraku, yaitu ittiba’ Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, untuk senantiasa mengikuti Rasulullah, mengikuti sunnahnya, mengikuti apa yang Rasulullah tuntunkan kepada kita. Maka jadilah kita hamba Allah yang berjiwa ittiba’. Setiap kali beribadah, selalu kita periksa dulu, adakah tuntunannya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam? Adakah dalilnya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jika ada, Alhamdulillah, kita amalkan. Jika tidak ada, maka kita tidak berani mengamalkannya. Karena agama ini berasal dari beliau, yang Allah turunkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Download mp3 Khutbah Jumat: Syarat Mendapatkan Syafaat
Podcast: Play in new window | Download
Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat: Syarat Mendapatkan Syafaat” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/53956-khutbah-jumat-syarat-mendapatkan-syafaat/